Assalamu’alaikum
warrahamatullahi wabarakatuh
Alhamdulillah,
akhirnya blog ini update juga hehehe. Untuk materi blog ini, saya akan menjawab
sebuah tulisan oleh Dian paramita disini
Mengapa
saya perlu menjawab tulisan dia? Ada dua alasan:
1.
Dengan
dalil Al Qur’an Surat Al Hujuraat ayat 6 yang berisi barang siapa yang
mendengar berita dari kaum fasik maka periksalah dengan teliti.
“Hai orang-orang yang beriman,
jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan
teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa
mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”
(QS Al Hujuraat : 6)
2. Pertanggungjawaban
intelektualitas saya ketika membawakan materi tentang Anatomi JIL di Fakultas
Ilmu Sosial dan Politik UGM, pada hari Jum’at, 8 Juni 2012. Karena ini diadakan
di wadah resmi dan menjunjung tinggi intelektualitas dan almamater saya, maka
dirasa perlu dan wajib untuk melakukan
jawaban dan klarifikasi atas tulisan dari saudara Dian Paramita itu.
Tulisan saya ini
terbagi menjadi dua bagian, karena memang banyak hal yang perlu dijelaskan. Bagian
pertama untuk menjelaskan beberapa hal yang saya anggap keliru dalam tulisan
saudari Dian tersebut. Bagian kedua, ini merupakan bagian penting, karena
menjawab beberapa point pertanyaan yang diajukan oleh beberapa penanya dalam
kajian tersebut.
Kita mulai
bagian pertama ya., dan mohon maaf kalau bahasa yang saya pakai tidak terlalu
resmi, namanya juga blog pribadi. Kita santai saja ya.
Pada tanggal 8
Juni 2012, saya diminta oleh mahasiswa Fisipol UGM untuk mengisi materi pada
kegiatan mereka yang berjudul Diskusi Bersama Intelektual Muda Fisipol (IMF)
dan Kementerian Kasrat Komap Fisipol UGM yang bertema “Anatomi Jaringan Islam
Liberal di Indonesia”. Jadi sebenarnya Diskusi ini bukan Diskusi Anti JIL, seprti judul tulisan yang Mbak Dian buat. Karena memang panitianya bukan dari gerakan #IndonesiaTanpaJIL, tapi dari mahasiswa Fisipol sendiri.
Adapaun term of reference kajian Anatomi JIL yaitu:
Adapaun term of reference kajian Anatomi JIL yaitu:
1.
Sejauh
mana kita memahami kerangka pikir yang kritis sekaligus refleksif dalam
memahami mainstream ideologi keagamaan di Indonesia?
2.
Bagaimana
sejarah perkembangan, akar ideologi, dinamika gerakan, dan perkembangan
Jaringan Islam Liberal di Indonesia?
3.
Bagaimana
upaya preventif dan antisipatif dalam melihat gerakan JIL di area kampus
Dengan berdasar
pada TOR, saya mulai mengumpulkan materi-materi terkait dengan diskusi itu. Sumber
saya antara lain:
1.
buku
Islam Liberal 101 karya Akmal Sjafril
2.
kumpulan
tulisan-tulisan Ustadz Adian Husaini
3.
Artikel
berjudul JIL Sebuah Doktrin Yang Telah Usang dari Ustadz Muhammad Arifin Badri
4.
Situs
resmi Jaringan Islam Liberal : http://www.islamlib.com
Selain itu
materi juga diambil dari diskusi dan obrolan via dunia maya tentang Jaringan
Islam Liberal. Keseluruhan sumber tersebut dituangkan dalam power point dan
bisa kawan2 download disini
Kajian dimulai
pada pukul 13.30 (terlambat 30 menit dari jadual) dan selesai pada pukul 15.00.
kajian ini diikuti kurang lebih 50 orang dari berbagai kalangan, termasuk mbak
Dian Paramita sendiri, yang katanya sih dia telat hehehe.
Saya menjelaskan
Anatomi JIL sesuai dengan TOR yang diberikan oleh panitia (sila download
materinya disini) bersama dengan pembicara lain yang bernama Ustadz Soimung
dari Mahasiswa Pecinta Islam (MPI). Setelah selesai presentasi kemudian
dilanjutkan dengan tanya jawab dan memang berlangsung cukup seru. Saya pun
menyadari ketika membawakan materi tentang Islam Liberal pasti banyak
resistensi, ya salah satunya dari Mbak Dian Paramita yang kemudian dilanjutkan
dengan tulisan dia dalam blog ini.
Setelah saya
membaca bolog beliau, banyak point2 yang saya tangkap akan saya jelaskan
dibawah ini:
1.
Pada
paragraf ke-3, dia menulis “Pembicara
pertama saya nggak tau namanya, tapi saya tau Twitter-nya (karena setelah itu
dia mentions saya melulu).”
Kalimat “mentions saya melulu” ini
seakan menunjukkan saya iseng atau suka benget mention dia di twitter setelah
kajian seperti ga ada kerjaan aja hehehe. Padahal tidak mungkin saya mention
dia jika tidak ada alasan yang terkait dengan kajian itu. Dan buat apa juga
saya mention dia kalo ga ada kepentingan.., *dikira gue cowok apaan*
Kenapa saya mention dia? Karena dalam
livetweetnya (kajian koq sempet2nya livetweet) dia mengatakan bahwa saya
mengutip tuit2 anggota JIL dalam presentasi saya. Lalu saya klarifikasi bahawa
tidak cuma itu materi saya. Dan dalam livetweetnya pun cuma sekilas2 saja,
tidak menunjukkan materi saya secara total.
2.
Paragraf
ke-4, dia menulis “Dia menunjukkan Surat Al Kahfa 20, yang inti isinya tentang barang siapa yang tidak
sesuai Islam, maka akan masuk neraka.”
Pertanyaan
saya.., Al Kahfa itu apakah ada didalam Al Qur’an? Mungkin Al Kahfi, tetapi dia
salah ketik. Tapi ternyata, pada paragraf 6 point dua dia menulis lagi “Kenapa
kalian harus sibuk menyalahkan orang lain tidak sesuai Islam jika Allah saja
sudah menjanjikan neraka seperti pada Surat
Al Kahfa 20 yang Anda sampaikan tadi?”
Pertama,
tidak mungkin dia salah tulis, karena kesalahannya dua kali, berarti dia secara
sadar menulis itu. Padahal dalam presentasi saya yg dimaksud adalah Surat AL
KAHFI ayat 29 yang berbunyi:
“Dan katakanlah: "Kebenaran itu
datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia
beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir".
Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang
gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan
diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka.
Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek”
(Untuk tafsir dan penjelasan ayat ini
akan ada di tulisan saya bagian kedua)
Adapun al Kahfa (atau Al Kahfi hehehe)
ayat 20 berbunyi:
“Sesungguhnya jika mereka dapat
mengetahui tempatmu, niscaya mereka akan melempar kamu dengan batu, atau
memaksamu kembali kepada agama mereka, dan jika demikian niscaya kamu tidak
akan beruntung selama lamanya". Ayat ini berisi cerita Ashabul Kahfi, jadi
tidak ada hubungannya dengan presentasi saya hehehe.
Saya berpikir, ada dua hal yang
bermasalah, pertama Mbak Dian tidak menyimak presentasi saya dengan serius (gimana
mau nyimak, asyik dengan laptopnya hehehe), kedua, dia tidak membuka Al Qur’an
langsung, dan asal comot saja. Padahal, dalam adab kita terhadap Al Qur’an,
apabila kita menyampaikan sesuatu dengan mengutip ayat2 dari Al Qur’an harus
jelas surat dan ayatnya, dan sesuai dengan isi. Disini Mbak Dian menulis Al
Kahfa ayat 20, yang mana dia salah dalam nama surat dan salah pula ayatnya.
Sila dibuka (lagi) Al Qur’annya ya mbak hehehe.
3.
Paragraf
ke-5 dia menulis “Sesi kedua, hadir seorang ustad yang juga datang terlambat.
Saya berusaha mencari inti omongannya, tapi tak berhasil. Beberapa kali si
ustad hanya mengulang perkataan pembicara pertama. Sehingga tidak saya tulis
ulang disini.”
Alasan mas Soimung terlambat adalah karena menjemput anaknya yang pulang sekolah, dan memang sudah ijin dengan panitia sebelumnya. Dan beliau datang saat saya presentasi, jadi sebenarnya beliau tidak benar-benar terlambat karena belum giliran beliau berbicara. hehehe.
Disini dia menunjukkan bahwa pembicara kedua yaitu mas Soimung penjelasannya tidak dapat dicerna, padahal penjelasan beliuu menambahkan penjelesan saya. Bahwa jaringan JIL lebih mengutamakan nafsu dan akal, sehingga menafsirkan ajaran Islam secara serampangan. Ini berarti Mbak Dian yang mengaku “intelektual’ koq tidak memiliki adab keilmuan terhadap pembicara ya. Dalam diskusi dia asyik dengan laptopnya, asyik livetweet, tidak benar2 menyimak. Jadi, jika memang tidak ada keseriusan dalam menyimak, wajar tidak dapat menangkap omongan dari pembicara.
Disini dia menunjukkan bahwa pembicara kedua yaitu mas Soimung penjelasannya tidak dapat dicerna, padahal penjelasan beliuu menambahkan penjelesan saya. Bahwa jaringan JIL lebih mengutamakan nafsu dan akal, sehingga menafsirkan ajaran Islam secara serampangan. Ini berarti Mbak Dian yang mengaku “intelektual’ koq tidak memiliki adab keilmuan terhadap pembicara ya. Dalam diskusi dia asyik dengan laptopnya, asyik livetweet, tidak benar2 menyimak. Jadi, jika memang tidak ada keseriusan dalam menyimak, wajar tidak dapat menangkap omongan dari pembicara.
4.
Paragraf
8, dia menulis “Overall, dari 4 peserta yang ikut bersuara dalam sesi
tanya-jawab, 3 menentang keras kedua pembicara.” Ini seolah-oleh menunjukkan
bahwa presentasi saya banyak yang menolak. Padahal ini kan ajang diskusi, bukan
debat atau mencari menang dan kalah. Jadi sebenarnya tujuan Mbak Dian ini apa? Dan
dari 50an peserta, yang paling banyak berbicara di depan forum ya mbak Dian
sendiri hehehe. Dan kalau yang lain diam, bukan berarti setuju atau tidak setuju,
karena ini forum diskusi. Jadi, kalau mbak Dian Cuma hitung-hitungan jumlah,
itu sudah keluar dari koridor diskusi, kita buat saja acara debat atau voting
hehehe.
5.
Paragraf ke-8. “MC pun menyetop
paksa perdebatan kami karena waktu sudah habis”. Seolah-olah ini menunjukkan
bahawa panitia berlaku tidak bijak. Padahal yang namanya acara, pasti memiliki
panitia dan ada time schedulenya. Dan
memang waktu yang disediakan hanya 1,5 jam. Tapi tidak masalah kan hehehe. Kalau
waktunya habis ya habis. Ga bisa kita memaksa panitia untuk memperpanjang,
terkait dengan ijin tempat dan sudah masuk waktu sholat ashar. Mana yang
didahulukan? Sholatnya atau diskusinya? Jadi, ya wajar jika panitia menyetop
acara. Debat? Saya rasa buka debat, karena memang judul acaranya Diskusi, dan
memang tidak ada perdebatan disana, kecuali ya bagi Mbak Dian sendiri hehehe.
6.
Paragraf
ke-8, dia menulis “Di luar kelas saya bertemu dengan
beberapa mahasiswa yang tadi di dalam diskusi, salah satunya ketua acara
diskusi mingguan di Fisipol UGM tersebut. Mereka mengatakan inti diskusi dari
Anti JIL sangat provokatif”
Jadi, kalo yang ini, agak lebay deh
hehehe.
Provokatif dari sisi bagian mana? Saya kan
menjelaskan sesuai dengan arahan TOR panitia, dan silahkan saja lihat
presentasi saya disini, tidak ada unsur provokatif disana. Isinya adalah seputar anatomi JIL dan pemikiran-pemikiran yang menyertainya. Setelah acara
tidak ada aksi atau tindakan provokasi hehehe. Diskusi bubar dengan aman dan
damai, Mbak Dian pun adan kawan2 juga pulang dengan selamat, ya kan? Hehehe.
7.
Paragraf
8 “Mahasiswa-mahasiswa itu berencana akan membuat lagi tetapi dengan 2 sumber
yang lebih seimbang.”
Setahu saya, sejak bulan Juni-Agustus
ini tidak ada lagi diskusi2 tentang Islam Liberal yang “katanya” mau dibuat
oleh #mereka. Jadi pertanyaannya? Kapan? Ayuk dibuat. Hehehe. Atau jangan2 cuma
gertakan saja, tapi ya sampai sekarang ga pernah ada tuh diskusi lanjutannya. Bahkan
kawan2 #IndonesiaTanpaJIL di Jogja sudah sering mengikuti kajian2 terkait Islam
Liberal (kurang lebih 6-7x kajian). Tetapi, kajian dari #mereka ga pernah ada
tuh hehehe.
8.
Paragraf
8 “Siang itu sangat cerah dan Fisipol UGM tak mampu dipengaruhi Anti JIL.”
Hehehe, ini juga aneh. Panitia
membuat agenda ini adalah untuk membahas tentang Anatomi JIL, pemikirannya
serta bagaimana cara kita menanggulangi pemikirannya. Namanya juga ajang
diskusi, bukan ajang saling pengaruh mempengaruhi. Dan memang tujuan kami
memberikan pemahaman Islam Liberal kepada masyarakat bukan untuk menjadi
pemenang atau pengaruh mempengaruhi seolah-olah mencari massa. Tujuan kami
bukan itu. Tujuan kami adalah memberikan penjelasan bahaya Islam Liberal, dan
bagaimana cara kita membangun benteng untuk menahan arus Islam Liberal. If you tolerate this, your children
will be next.
Demikian 8 poin bagian pertama
sebagai jawaban saya atas tulisan mbak Dian Paramita. Masih ada bagian kedua
yang menjadi bagian penting dalam diskusi ini.
Wallahu’alam bishowab.
#IndonesiaTanpaJIL
6 komentar:
Ane ude tangkep ko bang maksud Dian itu,, dari poin penyebutan Al-Qur'an Surat Alkahfi saja sudah salah. Ga mungkin Salah ketik karena tombol Huruf A dan I itu berjauhan,, kalau Alkahfu atau Alkahfo yaa kita msh wajarlah mngkin salah ketik Lah ino sampe berkali" salah sebut dan TIDAK Mungkin Salah ketik..
Kesimpulannya Sudah Tentu Beliau TIDAK MENGERTI ATAU NAMA" SURAT AL-QUR'AN TIDAK TAU hehehehe Ya Namanya jg JIL seenak Udelnye Aje Menafsirkan Al-Qur'an :)
Salam Bang dr ITJ Jakarta
Meikhal Firmansyah Dosen Paramadina yg Anti JIL
Silakan Mengunjungi Personal Web ane di
http://meikhal.paramadina.web.id
FB : facebook.com/meikhal
Twitter : @Meikhal
Sukron
Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakah,
artikelnya bagus pian, hanya saja saya kurang setuju dengan nama gerakannya #indonesiatanpaJIL yang lebih indah adalah #IslamtanpaJIL.....sebetulnya agak disayangkan jika kita menghabiskan waktu kita untuk membantah kaum-kaum yang memang sudah disesatkan oleh Allah,
sesungguhnya kita dan mereka sama-sama menunggu, di Yaumil Hisab nanti siapa yang akan di ridhoi-Nya dan siapa yang akan di murkai-Nya
Rasulullah Shallalhu Alaihi Wassalam sendiri berpesan bahwa tinggalkan lah perdebatan, karna dua pihak yang berdebat maka setan bersama mereka baik benar maupun salah.
cobalah ikuti kajian Salaf, yang lebih banyak membahas tentang keutamaan ibadah dan memperbaikinya serta meningkatkannya, juga mengingatkan kita akan kematian.
pikirkanlah diri kita dahulu, sudah baikkah ibadah kita, benarkah shalat kita, apakah kita pasti mendapatkan surga-Nya
@Mas Meikhal
Salam kenal mas
@Mas Anonim
Kenapa kami memilih #IndonesiaTanpaJIL karena kita berbicara dalam skala luas, bahwa pemikiran Liberal bukan hanya permasalahan Islam saja, tetapi merupakan permasalahan dalam negara, yaitu Indonesia. :)
Adapaun untuk perdebatan, kami berusaha menghindarinya, tetapi jika pun terjadi perdebatan, maka kami berusaha dengan cara yang baik (QS. An-Nahl [16] : 125)
Dan insya Allah, kami pun terus mengkaji dan menamabha ilmu-ilmu keagamaan kami, yang merupakan kewajiban dari kami dan juga terus berbagi dengan yang lain sesuai dengan Al Qur'an surat Al Ashr ayat 1-3. :)
Wallahu'alam bishowab
assalamu'alaykum afwan jadi pengen bca tulisan mba dian boleh minta alamat blog ya :D
makasih infonya.. kebetulan lg cari siapa tuh dian paramita dan nemu blog ini. :)
salam #antiJIL dari IPB
subhanallah ilmu yang manfaat dunia akhirat
Posting Komentar