Kamis, 09 Agustus 2012

Jawaban atas Blog Dian Paramita (Bagian 1)


Assalamu’alaikum warrahamatullahi wabarakatuh

Alhamdulillah, akhirnya blog ini update juga hehehe. Untuk materi blog ini, saya akan menjawab sebuah tulisan oleh Dian paramita disini

Mengapa saya perlu menjawab tulisan dia? Ada dua alasan:
1.      Dengan dalil Al Qur’an Surat Al Hujuraat ayat 6 yang berisi barang siapa yang mendengar berita dari kaum fasik maka periksalah dengan teliti.
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”
(QS Al Hujuraat : 6)
2.      Pertanggungjawaban intelektualitas saya ketika membawakan materi tentang Anatomi JIL di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UGM, pada hari Jum’at, 8 Juni 2012. Karena ini diadakan di wadah resmi dan menjunjung tinggi intelektualitas dan almamater saya, maka dirasa perlu dan wajib untuk melakukan  jawaban dan klarifikasi atas tulisan dari saudara Dian Paramita itu.

Tulisan saya ini terbagi menjadi dua bagian, karena memang banyak hal yang perlu dijelaskan. Bagian pertama untuk menjelaskan beberapa hal yang saya anggap keliru dalam tulisan saudari Dian tersebut. Bagian kedua, ini merupakan bagian penting, karena menjawab beberapa point pertanyaan yang diajukan oleh beberapa penanya dalam kajian tersebut.

Kita mulai bagian pertama ya., dan mohon maaf kalau bahasa yang saya pakai tidak terlalu resmi, namanya juga blog pribadi. Kita santai saja ya.

Pada tanggal 8 Juni 2012, saya diminta oleh mahasiswa Fisipol UGM untuk mengisi materi pada kegiatan mereka yang berjudul Diskusi Bersama Intelektual Muda Fisipol (IMF) dan Kementerian Kasrat Komap Fisipol UGM yang bertema “Anatomi Jaringan Islam Liberal di Indonesia”. Jadi sebenarnya Diskusi ini bukan Diskusi Anti JIL, seprti judul tulisan yang Mbak Dian buat. Karena memang panitianya bukan dari gerakan #IndonesiaTanpaJIL, tapi dari mahasiswa Fisipol sendiri.

Adapaun term of reference kajian Anatomi JIL yaitu:
1.   Sejauh mana kita memahami kerangka pikir yang kritis sekaligus refleksif dalam memahami mainstream ideologi keagamaan di Indonesia?
2.   Bagaimana sejarah perkembangan, akar ideologi, dinamika gerakan, dan perkembangan Jaringan Islam Liberal di Indonesia?
3.   Bagaimana upaya preventif dan antisipatif dalam melihat gerakan JIL di area kampus

Dengan berdasar pada TOR, saya mulai mengumpulkan materi-materi terkait dengan diskusi itu. Sumber saya antara lain:
1.      buku Islam Liberal 101 karya Akmal Sjafril
2.      kumpulan tulisan-tulisan Ustadz Adian Husaini
3.      Artikel berjudul JIL Sebuah Doktrin Yang Telah Usang dari Ustadz Muhammad Arifin Badri
4.      Situs resmi Jaringan Islam Liberal : http://www.islamlib.com
Selain itu materi juga diambil dari diskusi dan obrolan via dunia maya tentang Jaringan Islam Liberal. Keseluruhan sumber tersebut dituangkan dalam power point dan bisa kawan2 download disini

Kajian dimulai pada pukul 13.30 (terlambat 30 menit dari jadual) dan selesai pada pukul 15.00. kajian ini diikuti kurang lebih 50 orang dari berbagai kalangan, termasuk mbak Dian Paramita sendiri, yang katanya sih dia telat hehehe.
Saya menjelaskan Anatomi JIL sesuai dengan TOR yang diberikan oleh panitia (sila download materinya disini) bersama dengan pembicara lain yang bernama Ustadz Soimung dari Mahasiswa Pecinta Islam (MPI). Setelah selesai presentasi kemudian dilanjutkan dengan tanya jawab dan memang berlangsung cukup seru. Saya pun menyadari ketika membawakan materi tentang Islam Liberal pasti banyak resistensi, ya salah satunya dari Mbak Dian Paramita yang kemudian dilanjutkan dengan tulisan dia dalam blog ini.

Setelah saya membaca bolog beliau, banyak point2 yang saya tangkap akan saya jelaskan dibawah ini:
1.      Pada paragraf ke-3, dia menulis “Pembicara pertama saya nggak tau namanya, tapi saya tau Twitter-nya (karena setelah itu dia mentions saya melulu).”
Kalimat “mentions saya melulu” ini seakan menunjukkan saya iseng atau suka benget mention dia di twitter setelah kajian seperti ga ada kerjaan aja hehehe. Padahal tidak mungkin saya mention dia jika tidak ada alasan yang terkait dengan kajian itu. Dan buat apa juga saya mention dia kalo ga ada kepentingan.., *dikira gue cowok apaan*
Kenapa saya mention dia? Karena dalam livetweetnya (kajian koq sempet2nya livetweet) dia mengatakan bahwa saya mengutip tuit2 anggota JIL dalam presentasi saya. Lalu saya klarifikasi bahawa tidak cuma itu materi saya. Dan dalam livetweetnya pun cuma sekilas2 saja, tidak menunjukkan materi saya secara total.
2.      Paragraf ke-4, dia menulis “Dia menunjukkan Surat Al Kahfa 20, yang inti isinya tentang barang siapa yang tidak sesuai Islam, maka akan masuk neraka.”
Pertanyaan saya.., Al Kahfa itu apakah ada didalam Al Qur’an? Mungkin Al Kahfi, tetapi dia salah ketik. Tapi ternyata, pada paragraf 6 point dua dia menulis lagi “Kenapa kalian harus sibuk menyalahkan orang lain tidak sesuai Islam jika Allah saja sudah menjanjikan neraka seperti pada Surat Al Kahfa 20 yang Anda sampaikan tadi?”
Pertama, tidak mungkin dia salah tulis, karena kesalahannya dua kali, berarti dia secara sadar menulis itu. Padahal dalam presentasi saya yg dimaksud adalah Surat AL KAHFI ayat 29 yang berbunyi:
“Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir". Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek”
(Untuk tafsir dan penjelasan ayat ini akan ada di tulisan saya bagian kedua)

Adapun al Kahfa (atau Al Kahfi hehehe) ayat 20 berbunyi:
“Sesungguhnya jika mereka dapat mengetahui tempatmu, niscaya mereka akan melempar kamu dengan batu, atau memaksamu kembali kepada agama mereka, dan jika demikian niscaya kamu tidak akan beruntung selama lamanya". Ayat ini berisi cerita Ashabul Kahfi, jadi tidak ada hubungannya dengan presentasi saya hehehe.
Saya berpikir, ada dua hal yang bermasalah, pertama Mbak Dian tidak menyimak presentasi saya dengan serius (gimana mau nyimak, asyik dengan laptopnya hehehe), kedua, dia tidak membuka Al Qur’an langsung, dan asal comot saja. Padahal, dalam adab kita terhadap Al Qur’an, apabila kita menyampaikan sesuatu dengan mengutip ayat2 dari Al Qur’an harus jelas surat dan ayatnya, dan sesuai dengan isi. Disini Mbak Dian menulis Al Kahfa ayat 20, yang mana dia salah dalam nama surat dan salah pula ayatnya. Sila dibuka (lagi) Al Qur’annya ya mbak hehehe.

3.      Paragraf ke-5 dia menulis “Sesi kedua, hadir seorang ustad yang juga datang terlambat. Saya berusaha mencari inti omongannya, tapi tak berhasil. Beberapa kali si ustad hanya mengulang perkataan pembicara pertama. Sehingga tidak saya tulis ulang disini.”
Alasan mas Soimung terlambat adalah karena menjemput anaknya yang pulang sekolah, dan memang sudah ijin dengan panitia sebelumnya. Dan beliau datang saat saya presentasi, jadi sebenarnya beliau tidak benar-benar terlambat karena belum giliran beliau berbicara. hehehe.
Disini dia menunjukkan bahwa pembicara kedua yaitu mas Soimung penjelasannya tidak dapat dicerna, padahal penjelasan beliuu menambahkan penjelesan saya. Bahwa jaringan JIL  lebih mengutamakan nafsu dan akal, sehingga  menafsirkan ajaran Islam secara serampangan. Ini berarti Mbak Dian yang mengaku “intelektual’ koq tidak memiliki adab keilmuan terhadap pembicara ya. Dalam diskusi dia asyik dengan laptopnya, asyik livetweet, tidak benar2 menyimak. Jadi, jika memang tidak ada keseriusan dalam menyimak, wajar tidak dapat menangkap omongan dari pembicara.

4.      Paragraf 8, dia menulis “Overall, dari 4 peserta yang ikut bersuara dalam sesi tanya-jawab, 3 menentang keras kedua pembicara.” Ini seolah-oleh menunjukkan bahwa presentasi saya banyak yang menolak. Padahal ini kan ajang diskusi, bukan debat atau mencari menang dan kalah. Jadi sebenarnya tujuan Mbak Dian ini apa? Dan dari 50an peserta, yang paling banyak berbicara di depan forum ya mbak Dian sendiri hehehe. Dan kalau yang lain diam, bukan berarti setuju atau tidak setuju, karena ini forum diskusi. Jadi, kalau mbak Dian Cuma hitung-hitungan jumlah, itu sudah keluar dari koridor diskusi, kita buat saja acara debat atau voting hehehe.

5.      Paragraf ke-8. “MC pun menyetop paksa perdebatan kami karena waktu sudah habis”. Seolah-olah ini menunjukkan bahawa panitia berlaku tidak bijak. Padahal yang namanya acara, pasti memiliki panitia dan ada time schedulenya. Dan memang waktu yang disediakan hanya 1,5 jam. Tapi tidak masalah kan hehehe. Kalau waktunya habis ya habis. Ga bisa kita memaksa panitia untuk memperpanjang, terkait dengan ijin tempat dan sudah masuk waktu sholat ashar. Mana yang didahulukan? Sholatnya atau diskusinya? Jadi, ya wajar jika panitia menyetop acara. Debat? Saya rasa buka debat, karena memang judul acaranya Diskusi, dan memang tidak ada perdebatan disana, kecuali ya bagi Mbak Dian sendiri hehehe.

6.      Paragraf ke-8, dia menulis “Di luar kelas saya bertemu dengan beberapa mahasiswa yang tadi di dalam diskusi, salah satunya ketua acara diskusi mingguan di Fisipol UGM tersebut. Mereka mengatakan inti diskusi dari Anti JIL sangat provokatif”
Jadi, kalo yang ini, agak lebay deh hehehe.
Provokatif dari sisi bagian mana? Saya kan menjelaskan sesuai dengan arahan TOR panitia, dan silahkan saja lihat presentasi saya disini, tidak ada unsur provokatif disana. Isinya adalah seputar anatomi JIL dan pemikiran-pemikiran yang menyertainya. Setelah acara tidak ada aksi atau tindakan provokasi hehehe. Diskusi bubar dengan aman dan damai, Mbak Dian pun adan kawan2 juga pulang dengan selamat, ya kan? Hehehe.

7.      Paragraf 8 “Mahasiswa-mahasiswa itu berencana akan membuat lagi tetapi dengan 2 sumber yang lebih seimbang.”
Setahu saya, sejak bulan Juni-Agustus ini tidak ada lagi diskusi2 tentang Islam Liberal yang “katanya” mau dibuat oleh #mereka. Jadi pertanyaannya? Kapan? Ayuk dibuat. Hehehe. Atau jangan2 cuma gertakan saja, tapi ya sampai sekarang ga pernah ada tuh diskusi lanjutannya. Bahkan kawan2 #IndonesiaTanpaJIL di Jogja sudah sering mengikuti kajian2 terkait Islam Liberal (kurang lebih 6-7x kajian). Tetapi, kajian dari #mereka ga pernah ada tuh hehehe.

8.      Paragraf 8 “Siang itu sangat cerah dan Fisipol UGM tak mampu dipengaruhi Anti JIL.”
Hehehe, ini juga aneh. Panitia membuat agenda ini adalah untuk membahas tentang Anatomi JIL, pemikirannya serta bagaimana cara kita menanggulangi pemikirannya. Namanya juga ajang diskusi, bukan ajang saling pengaruh mempengaruhi. Dan memang tujuan kami memberikan pemahaman Islam Liberal kepada masyarakat bukan untuk menjadi pemenang atau pengaruh mempengaruhi seolah-olah mencari massa. Tujuan kami bukan itu. Tujuan kami adalah memberikan penjelasan bahaya Islam Liberal, dan bagaimana cara kita membangun benteng untuk menahan arus Islam Liberal. If you tolerate this, your children will  be next.

Demikian 8 poin bagian pertama sebagai jawaban saya atas tulisan mbak Dian Paramita. Masih ada bagian kedua yang menjadi bagian penting dalam diskusi ini.

Wallahu’alam bishowab.

#IndonesiaTanpaJIL

6 komentar:

Meikhal mengatakan...

Ane ude tangkep ko bang maksud Dian itu,, dari poin penyebutan Al-Qur'an Surat Alkahfi saja sudah salah. Ga mungkin Salah ketik karena tombol Huruf A dan I itu berjauhan,, kalau Alkahfu atau Alkahfo yaa kita msh wajarlah mngkin salah ketik Lah ino sampe berkali" salah sebut dan TIDAK Mungkin Salah ketik..
Kesimpulannya Sudah Tentu Beliau TIDAK MENGERTI ATAU NAMA" SURAT AL-QUR'AN TIDAK TAU hehehehe Ya Namanya jg JIL seenak Udelnye Aje Menafsirkan Al-Qur'an :)

Salam Bang dr ITJ Jakarta
Meikhal Firmansyah Dosen Paramadina yg Anti JIL
Silakan Mengunjungi Personal Web ane di
http://meikhal.paramadina.web.id
FB : facebook.com/meikhal
Twitter : @Meikhal

Sukron

Anonim mengatakan...

Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakah,

artikelnya bagus pian, hanya saja saya kurang setuju dengan nama gerakannya #indonesiatanpaJIL yang lebih indah adalah #IslamtanpaJIL.....sebetulnya agak disayangkan jika kita menghabiskan waktu kita untuk membantah kaum-kaum yang memang sudah disesatkan oleh Allah,

sesungguhnya kita dan mereka sama-sama menunggu, di Yaumil Hisab nanti siapa yang akan di ridhoi-Nya dan siapa yang akan di murkai-Nya

Rasulullah Shallalhu Alaihi Wassalam sendiri berpesan bahwa tinggalkan lah perdebatan, karna dua pihak yang berdebat maka setan bersama mereka baik benar maupun salah.

cobalah ikuti kajian Salaf, yang lebih banyak membahas tentang keutamaan ibadah dan memperbaikinya serta meningkatkannya, juga mengingatkan kita akan kematian.

pikirkanlah diri kita dahulu, sudah baikkah ibadah kita, benarkah shalat kita, apakah kita pasti mendapatkan surga-Nya

Pejuang Setengah Hati mengatakan...

@Mas Meikhal
Salam kenal mas

@Mas Anonim
Kenapa kami memilih #IndonesiaTanpaJIL karena kita berbicara dalam skala luas, bahwa pemikiran Liberal bukan hanya permasalahan Islam saja, tetapi merupakan permasalahan dalam negara, yaitu Indonesia. :)
Adapaun untuk perdebatan, kami berusaha menghindarinya, tetapi jika pun terjadi perdebatan, maka kami berusaha dengan cara yang baik (QS. An-Nahl [16] : 125)

Dan insya Allah, kami pun terus mengkaji dan menamabha ilmu-ilmu keagamaan kami, yang merupakan kewajiban dari kami dan juga terus berbagi dengan yang lain sesuai dengan Al Qur'an surat Al Ashr ayat 1-3. :)

Wallahu'alam bishowab

Unknown mengatakan...

assalamu'alaykum afwan jadi pengen bca tulisan mba dian boleh minta alamat blog ya :D

Nurhasni Fadilah mengatakan...

makasih infonya.. kebetulan lg cari siapa tuh dian paramita dan nemu blog ini. :)

salam #antiJIL dari IPB

cat lantai mengatakan...

subhanallah ilmu yang manfaat dunia akhirat